Nasihat Buyung soal Mendagri tak digubris SBY


Nasihat Buyung soal Mendagri tak digubris SBY nasihat untuk sby. merdeka.com/djoko poerwanto

Salah satu tugas Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) adalah memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden. Selama kurang lebih dua tahun menjadi Wantimpres bidang hukum, Adnan Buyung Nasution tak merasakan itu. Buyung merasa nasihatnya hanya dianggap angin lalu oleh Presiden SBY.

Buyung kecewa ketika SBY berencana melakukan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu pada tahun 2007. Menjalankan amanat undang-undang, Buyung memberi nasihat kepada SBY agar memilih calon pengganti yang jujur, berintegritas, cakap atau ahli di bidangnya.

Kala itu tiga menteri dan posisi Jaksa Agung akan kena reshuffle. Posisi Menkum HAM dari Hamid Awaluddin diganti oleh Andi Mattalatta, Mensesneg Yusril Ihza Mahendra diganti Hatta Rajasa, Mendagri Muhammad Ma’roef diganti Mardiyanto dan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh diganti Hendarman Supandji.

Khusus untuk posisi Mendagri, dengan tegas Buyung memberi masukan agar SBY berfikir secara matang sebelum menunjuk Mardiyanto yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Nasihat Buyung bukan tanpa alasan, pasalnya nama Mardiyanto disebut-sebut terkait dalam kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran.

Bersama anggota Wantimpres bidang Hubungan Internasional, Ali Alatas, Buyung bertemu dengan delegasi mahasiswa yang menolak penunjukan Mardiyanto. Atas desakan dari mahasiswa, akhirnya Wantimpres memberi rekomendasi agar penunjukan Mardiyanto dibatalkan. Namun hal itu ternyata tak digubris oleh SBY.

“Tapi saya kecewa berat pilihan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap pada Mardiyanto. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap melantik Mardiyanto menjadi menteri dalam negeri menggantikan Muhammad Ma’roef,” tulis Buyung dalam buku ‘Nasihat untuk SBY’ halaman 35.

Buyung benar-benar merasa SBY tak mendengar nasihatnya. Padahal SBY kala itu sedang gencar-gencarnya melontarkan isu antikorupsi. Sebagai anak bangsa Buyung hanya ingin tercipta pemerintahan yang baik dan bersih.

Setelah reshuffle, isu tak sedap justru menimpa Buyung. Beredar kabar jika keputusan SBY mengganti Yusril dan Abdul Rahman Saleh karena rekomendasi dari Buyung. Padahal Buyung kecewa karena rekomendasinya diabaikan. Dia pun tak tahu menahu apa alasan SBY mengganti empat orang itu.

Nama Buyung kini akan dikenang sebagai mantan anggota Wantimpres yang berani bicara blak-blakan soal hubungannya dengan presiden. Buyung tentu sadar, jika UU Dewan Pertimbangan Presiden melarang anggota Wantimpres menyebarluaskan isi nasihat dan pertimbangan kepada pihak mana pun.       

“Apakah segalanya itu serba rahasia sehingga masyarakat tidak tahu apa tugas dan tanggung jawab Wantimpres,” tulis Buyung dalam pengantar bukunya.

Nasihat Buyung soal Mendagri tak digubris SBY